--------- Penjelajah Ulung --------- by Sindi Ifan (El Revisor Tendencia)

Penjelajah Ulung! Its a Trend Reviewer Blogsite (Share & Learn). Let's Be Yourself with New Perspective! :)


Batu Mulia & Skull Ring, Mainan Baru Para Pria


Batu Akik
       Saat ini tren yang sangat berhembus deras adalah perkembangan perhiasan pria. Ada yang berasal dari batu mulia seperti akik, bacan, giok dan kawan-kawannya. Ada juga yang berasal dari baja atau titanium seperti skull atau clown ring. Keduanya merupakan perhiasan pria yang sedang booming saat ini dan sedang mencapai titik puncaknya. Bayangkan saja, akhir tahun lalu keyword yang paling banyak diketikkan oleh masyarakat Indonesia pada situs search engine adalah Batu Akik. Tren ini langsung dimanfaatkan berbagai pihak untuk segera berbisnis perhiasan pria. Untuk Gemstone dapat ke toko-toko yang berada dipinggir jalan ataupun secara online. Kemudian untuk yang Skull Ring biasa yang sangat dikenal adalah merek Four Speed.

Skull Ring

    Ada perbedaan yang cukup mencolok diantara Gemstone dan Metal Werks. Ini dapat dilihat dari segi penggunanya. Batu mulia (Gemstone) biasanya identik dengan golongan orang tua, sedangkan skull ring biasanya identik dengan anak muda. Selain itu, Gemstone lebih bermotif dan berwarna-warni yang berasal dari pancaran warna batu, sedangkan skull ring biasanya warna umumnya adalah silver. Lalu ada sisi persamaannya juga yaitu keduanya merupakan tren yang dapat membuat fenomena latah (herd behavior) sosial. Hal itu membuat perkembangan keduanya sangat cepat dan datang secara mendadak. Namun, menurut saya fenomena ini lebih bersifat tren semata yang bisa jadi akan memudar dalam kurun waktu 1 tahun lagi. Banyak pihak juga berpendapat demikian karena biasanya fenomena yang datang secara tiba-tiba akan mudah memudar. Mereka juga khawatir jika bisnis fenomenal ini akan jatuh seperti bisnis tanaman dan perikanan pada tahun-tahun sebelumnya seperti anthurium dan ikan louhan. Menarik untuk disimak apakah tren ini akan cepat pudar atau dapat berlanjut terus secara konstan. 

    Pertama saya akan membahas dari Gemstone nya terlebih dahulu.  Yang menarik adalah dimana mereka yang tadinya biasa saja menjadi suka karena ada perilaku peniruan akibat rasa penasaran yang sangat tinggi. Bagaimana tidak, tiba-tiba bermunculan toko-toko gemstone baru dipinggir jalan lalu mereka terlihat sibuk menggosok dan menggerinda batu menggunakan mesin. Aktivitas itulah yang membuat masyarakat yang tadinya tidak berminat menjadi berminat karena daya tariknya yang cukup kuat. Selain itu, mengapa bisnis ini dapat menjadi magnet baru dengan cepat, tidak lain adalah “Gambling”. Seperti kita ketahui tidak ada tolak ukur pasti harga suatu cincin tertentu. Sang penjual bisa saja membeli batu hanya seharga 500 ribu namun dijual kembali dengan harga 2 juta rupiah. Sebuah margin yang sangat dahsyat dan membuat setiap orang tergiur akan keuntungan. Sehingga tak heran jika tiba-tiba sederetan penjual akik bermunculan dengan cepat. Selanjutnya adalah tren yang juga ramai akhir-akhir ini adalah pergerakan minat masyarakat yang ingin kembali kepada alam dan kesehatan. Contoh dari kembali pada kesehatan adalah event running yang saya bahas sebelumnya Running, Tren Olahraga Masa Kini. Dan jika dikaitkan dengan alam, baru-baru ini bermunculan event running di kaki gunung (Hiking & Running), sebuah event penggabungan nilai kesehatan dan eksplorasi alam. Hal ini tidak berbeda dengan batu akik atau bacan dimana selain berkaitan dengan eksplorasi bahan alam, menurut berbagai mitos pun beberapa batu dapat memunculkan sisi kesehatan seperti melancarkan peredaran darah dan menurunkan darah tinggi. Terkadang justru mitos-mitos inilah yang membuat orang merasa bahwa varian cincin batu ini memiliki nilai plus dibanding cincin biasa.

       Pertimbangan yang biasanya dijadikan tolak ukur saat membeli cincin batu adalah warna, keindahan, kejernihan, ukuran, jenis baru dan masih banyak yang lainnya termasuk kekerasan batu, asal baru, mitos yang beredar sampai ketenaran batu. Dan ini jujur membuat saya bingung, ibaratnya seperti kita membeli sebuah kendaraan. Perlu pertimbangan dan edukasi yang banyak sebelum membeli sebuah barang. Sangat riskan apabila kita tidak punya pengetahuan apa-apa lalu membeli, hampir dipastikan kita mudah ditipu dan pada akhirnya tidak puas setelah harus membayar mahal. Untuk itu pemilihan toko juga menjadi penting agar kita mendapatkan batu cincin yang berkualitas baik namun tetap terjangkau.


Berlanjut ke post selanjutnya ya :)

Sumber Gambar : google.co.id, fourspeed.com

Not Just a Jeans


Jeans with Fading
            Jeans, jenis celana yang sangat digandrungi setiap orang dari masa ke masa. Tua, muda, kaya, miskin, semua menggunakan jeans. Berdasarkan hal tersebut, entah mengapa saya yakin bahwa setiap orang memiliki minimal 1 jenis celana ini dilemari pakaiannya, bisa itu dipakai atau tidak. Contohnya teman saya yang tidak pernah menggunakan jeans pun dilemarinya tetap ada 2 buah jeans walaupun dalam keadaan terbengkalai. Hal ini membuktikan bahwa Jeans adalah celana sejuta umat dan tidak heran jika penggila celana jeans sangatlah banyak. Mereka membentuk suatu wadah komunitas untuk berbagi pengetahuan antar sesama pengguna Jeans. Sehingga menjadi ciri khas tersendiri bahwa dari sebuah jenis celana, komunitas dapat terbentuk. Saya ambil contoh riilnya, dimana suatu waktu teman saya justru malah merasa aneh sendiri ketika dirinya tidak memakai jeans disaat semua orang memakai jeans. Dia akhirnya mencoba jeans atas saran dari orang tuanya dan keinginannya untuk mencoba. Namun memang karena dia sangat menyukai celana cargo sehingga akhirnya dia menganggap jeans sebagai celana dengan tingkat kegatalan yang tinggi. Jadi permasalahan sebenarnya hanya rasa gatal saja, namun dia tetap bisa pakai saat misalnya dalam keadaan darurat. Dari contoh ini saya ambil kesimpulan bahwa sepertinya tidak akan ada masa dimana tidak ada lagi orang yang memakai jeans.

        Not Just a Jeans yang saya maksud disini adalah Jeans itu tidak hanya sebuah celana yang orang-orang pakai sehari-hari. Menurut saya Jeans sangat valuable dan unik. Mungkin bagi sebagian orang, Jeans adalah celana berbahan denim yang dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti bepergian, jalan-jalan dan hal lainnya. Namun lebih dari itu, Jeans adalah satu-satunya celana yang dapat membuat orang tergila-tergila dan mengandung unsur kustomisasi. Layaknya sebuah kendaraan bermotor, kita dapat melakukan variasi-variasi tertentu pada jeans kita. Salah satu variasi itu adalah sebuah pola guratan yang terbentuk akibat segala aktivitas pemakainya. Dan itu biasa disebut sebagai Fading.

        Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, Fading bisa berarti kabur. Dapat juga berarti suatu perubahan warna. Dalam konteks jeans, yang lebih tepat adalah perubahan warna pada bagian-bagian tertentu (biasanya berwarna putih atau abu) yang disebabkan oleh keluarnya pigmen warna denim (indigo) itu sendiri. Biasanya fading terjadi karena sang pemakai jeans sering memakainya namun jarang mencuci jeansnya. Saya sendiri bukan pecinta denim dan bukan pengamat denim, tapi hanya berdasar pengetahuan saya melihat teman-teman yang menyukai produk denim. Mereka mencoba untuk melakukan teknik fading yang bervariasi mulai dari sea wash, jongkok, tidak mencuci selama mungkin, menaruh dompet dan knuckles di saku belakang hingga tidur bersama jeans. Saya merasa bahwa ini jeans yang mereka pakai hanya sekedar jeans, melainkan lebih dari itu. Jeans adalah pengaplikasian identitas dan kepribadian mereka. Ketika mereka berhasil melakukan fading yang indah, maka disitulah rasa puas mereka tercapai. Kebanggaan mempunyai jeans yang telah memiliki titik fading adalah rasa yang tidak dapat dibeli oleh uang.


Sumber Gambar : google.co.id

     
Tren Aplikasi untuk Para Jomblo


Aplikasi Tinder
     “Jomblo? Masih jaman?” itulah petikan kata-kata sindiran yang biasanya dilontarkan kepada pria atau wanita yang sudah sekian lama tidak kunjung memiliki pasangan. Sedih rasanya memang jika kita menjadi orang yang diejek tersebut. Rasanya dunia ini seperti tidak menerima adanya kaum jadul yaitu kaum yang lama menjomblo. Dalam artian sang jomblo ini akan segera dikucilkan jika tak cepat-cepat mendapatkan pacar. Namun yang menarik disini adalah tren sosial jomblo ini tidak ada habis-habisnya dibahas oleh anak muda. Berpacaran saat ini nampaknya sudah menjadi suatu kebutuhan dan keharusan. Sehingga orang yang masih menjomblo termasuk pada golongan orang yang belum bisa memenuhi kebutuhan. Yap wajar saja terkadang para jomblo ini disebut sebagai fakir cinta.
          
       Saat ini, dunia serba dikaitkan dengan teknologi. Kemudahan yang ditawarkan oleh perangkat teknologi seperti internet dan smartphone, membuat orang-orang lebih mudah bersosialisasi dengan kerabatnya tanpa terbatas jarak. Contohnya sosial media yang membuat orang dapat berkomunikasi dengan mudahnya. Filosofi ini seperti tagline dari Nokia yaitu Connecting People dimana internet telah menjadi penghubung ribuan orang untuk bersosialisasi. Dan terbukti juga internet memang telah menjadi solusi ribuan orang atas berbagai masalahnya. Salah satunya mungkin masalah percintaan yaitu Jomblo.

       Lalu apa kaitannya teknologi dengan solusi percintaan? Jawabannya adalah aplikasi pencari jodoh. Menarik memang melihat pergerakan tren aplikasi kencan baru-baru ini. Sebut saja Tinder dan Paktor yang sedang booming saat ini di dunia anak muda khususnya di Indonesia. Cukup kontroversial aplikasi yang satu ini dimana tidak hanya jomblowan atau jomblowati yang menggunakan, namun bisa jadi orang yang sudah memiliki pasangan pun mau untuk mencobanya. Semua orang ingin mencoba dan ingin mengetahui apa isi dari aplikasi ini dan seberapa efektif dalam menjaring calon pasangan. Apalagi aplikasi ini dapat diunduh secara gratis di Google Play maupun iOS dan telah dilengkapi fitur filterisasi agar kita dapat memilih calon yang sesuai kriteria. Misalnya kita dapat memilih calon pasangan berdasarkan jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan tinggi badan. Penggunaanya pun mudah, hanya swipe kiri untuk yang tidak disukai lalu swipe kanan untuk yang disukai. Setelah itu kemudian berlanjut melalui saling mengirimkan pesan lalu tujuan akhirnya adalah pertemuan antar keduanya. Mudah dan simple namun terkadang memang membutuhkan effort jika kita memang tidak memiliki bakat fotogenic. Hal ini dikarenakan pemilihan hanya atas dasar pertimbangan foto yang menarik.

         Melihat fenomena ini, terdapat hal-hal yang menurut saya menarik. Contohnya adalah aplikasi semacam ini membuat pasangan muda mudi akhir-akhir ini pun nampaknya agak ketar-ketir, Mereka mulai resah dan khawatir akan adanya aplikasi ini. “Bagaimana jika dia punya Tinder terus bisa janjian dengan cewek lain lalu selingkuh? Ah takut”. Tentunya, hal ini dapat memicu munculnya peningkatan tren pergolakan rumah tangga sekaligus dapat membuat para jomblo akhirnya menemukan pasangannya. Awalnya mungkin hanya iseng-iseng semata untuk melihat foto para wanita atau pria seperti halnya mereka biasa lakukan saat stalking seseorang melalui social medianya. Tetapi, keisengan itu dapat menjadi sesuatu yang tidak diduga-duga seperti akhirnya justru dia mendapatkan seseorang yang lebih daripada pasangannya sekarang. Ini sebenarnya bukan tujuan dari pencipta aplikasi pencari jodoh ini namun itu adalah konsekuensi lain dari adanya aplikasi semacam ini. Intinya, semua kembali lagi pada tujuannya, jika aplikasi ini dimanfaatkan dengan baik tentunya dapat berdampak positif untuk para pria atau wanita yang belum memiliki pasangan. Semoga semua terbantu dan bahagia dengan adanya macam-macam aplikasi pencari jodoh ini.

Sumber Gambar : google.co.id

Pomade, Fenomena Klimisisasi

Pomade
           Pomade, sebuah gel rambut khusus pria yang sangat ngetren hingga kini. Puncak ketenarannya terjadi pada tahun 2012 dimana banyak anak muda mencari-cari pomade dan mulai mengaplikasikannya pada rambut mereka. Pada tahun ini, walaupun pomade sudah perlahan berkurang intensitas trennya. Namun tetap saja mereka mempunyai penggemar yang tetap bangga menggunakannya. Seperti contohnya adalah Indonesia Pomade Enthusiast (IPE) yang sudah menjaring member di kota-kota besar Indonesia. Mereka adalah komunitas yang merasa bahwa pomade sampai saat ini belum ada substitusinya dan sudah menjadi sebuah identitas, bukan tren lagi. Sejarah lah yang membentuknya sehingga fenomena Pomade dapat seperti budaya layaknya sebuah tattoo yang tidak mudah terkikis zaman.

         So, siapa yang tak kenal pomade saat ini. Tercatat David Beckham, Justin Timberlake dan selebriti pria lainnya telah memakainya secara rutin untuk keperluan tampil. Sehingga penyebaran tren ini sangat cepat karena “kiblat ganteng” mereka saja sudah memakainya. Tak ada alasan lagi bagi mereka yang sangat menginginkan sebuah ketampanan untuk segera memilikinya. Ketampanan pun sekedar ketampanan yang dimiliki dari lahir, namun ketampanan yang dihasilkan dari tampilan yang rapi dan berkelas
          
       Mengenai sejarahnya, Pomade sendiri berasal dari Bahasa Perancis yang berarti Salep. Ada juga yang mengatakan Pomade berasal dari kata Pomme yang berarti Apel. Ya memang teksturnya yang mirip salep ya dan wanginya pun biasanya apel. Bahkan pada awalnya, Pomade ini terbuat dari lemak binatang seperti beruang dan babi. Kalo yang satu ini lebih baik jangan dibayangkan sih karena kita kalo denger malah gak akan memakai pomade lagi seumur hidup. Tapi tenang karena saat ini Pomade tidak menggunakan bahan lemak binatang lagi melainkan bahan-bahan kimia yang cocok dengan rambut.

     Klimis kini menjadi hal yang lumrah terjadi pada rambut pria masa kini. Kerapihan menjadi seperti sebuah keharusan anak muda agar terlihat seperti orang professional dan selalu tampil fresh dimanapun kapanpun. Reliabilitas yang dimiliki oleh pomade memang tak perlu diragukan lagi. Tingkat hold yang tinggi, membuat rambut terus terlihat shiny dan sesuai keinginan sepanjang hari. Jika kita bandingkan dengan gel rambut yang selama ini cukup terkenal seperti G**sby ataupun B*isk, Pomade menjadi pilihan anak muda karena tren yang berkembang adalah Back to Old Style. Gel rambut yang biasa beredar terkesan lebih modernistic dan fleksibel namun Pomade hadir dengan kesannya yang Old School dan kaku. Bisa kita lihat dari packaging dari setiap produk, selalu menunjukkan sisi jadul. Baik dari sisi fontnya, gambarnya maupun warna-warnanya. Ini menbuat pomade menjadi cream rambut yang sangat berbeda dan dapat memposisikan dirinya sebagai sebuah gel rambut bersejarah untuk menghasilkan rambut yang berkelas untuk anak muda di masa akan datang. Seperti kita ketahui tren anak muda saat ini adalah menyukai tren yang pada masa lalu sempat booming dan fenomenal seperti menyukai kembali Pomade, Vintage, Hipster, Retro, The Beatles sampai Star Wars.


Sumber Gambar : google.co.id
Drone, Baling-Baling Canggih Bercakrawala Luas

Drone
  Drone, sebuah pesawat tanpa awak yang popularitasnya semakin meningkat pada akhir tahun lalu terutama di Amerika Serikat. Go Pro, sang pemrakarsa yang lebih dulu booming sebagai perangkat foto saat travelling kini kian mentereng. Kemampuannya dalam mengabadikan momen tak perlu diragukan lagi terutama melalui udara atau biasa disebut dengan Aerial Photography. Menempatkan dirinya sebagai sesuatu yang “Wajib” dimiliki oleh para traveler yang suka berkelana di berbagai area. Air, hutan, gunung pun disikat habis oleh Go Pro dan menjadikannya sebagai Action Camera yang powerfull. Bentuknya yang mini jika dibandingkan SLR membuat Go Pro kini menjadi primadona perangkat fotografi. Seiring kenaikan penjualan Go Pro, tentunya Drone juga meningkat. Apalagi Drone tergolong mudah untuk dikendalikan termasuk untuk pemula, karena penggunaannya mirip dengan remote control yang biasanya sudah familiar dimainkan saat masih kecil.
Contoh Foto dengan Drone

 Popularitas dari Drone akhirnya sampai juga ke Indonesia. Tahun 2014, menjadi tahunnya Go Pro bersama Dronenya. Bahkan di marketplace seperti Tokopedia, Drone ini masuk pada kategori “Hot List” dimana hal itu menunjukkan bahwa Drone sedang diburu banyak pembeli di Indonesia. Mereka keranjingan dengan mainan yang baru dan sedang tren. “Just Buy It” itu lah kata yang barangkali bisa mendeskripsikan kelatahan pembelian masyarakat urban Indonesia terutama yang senang akan fotografi. Selain itu mengapa saya mengatakan “Just Buy It”? Ini dikarenakan sebagian besar dari mereka sangat minim pengetahuan mengenai penerbangan atau pengendalian remote control. Mereka menganggap ini hanya mainan biasa seperti helicopter, pesawat atau mobil-mobilan remote control yang biasa dimainkan anak kecil dulu. Padahal jika dimainkan dengan sembarangan, ini akan membahayakan orang lain. Contohnya, ketika menerbangkan drone, drone bisa saja tersangkut pada tiang listrik dan mengakibatkan listrik satu RT mati total akibat korsleting.

        Contoh dari pengguna Go Pro beserta Dronenya adalah teman saya. Dia tergolong orang yang “Just Buy It” dalam dunia fotografi karena memang sudah lama menggeluti hobi tersebut. Dia memiliki prinsip bahwa “Soal bisa atau tidak itu nanti, yang terpenting adalah kalo sudah punya bisa belajar sebentar dari tutorial terus bisa keren deh travelling sambil foto-foto keindahan alam dari ketinggian. Kerennya itu pokoknya yang bisa foto begini nih cuman gue gitu. Jadi bangga banget”. Hal tersebut membuktikan bahwa Drone tidak hanya sekedar baling-baling canggih bercakrawala luas namun sebagai peningkat status dan ajang aktualisasi diri. Menariknya, Drone hadir dengan harga yang terjangkau yaitu berkisar antara 400 ribu sampai 2 juta saja. Setalah itu kita dapat memiliki pesawat tanpa awak ini dan puas berfoto ria dari ketinggian. Walaupun memang ada beberapa drone yang didesain khusus untuk para professional dan biasanya dipatok dengan harga diatas 4 juta. 

Sumber Gambar : Youtube.com & Google.co.id

Running, inikah Tren berkepanjangan itu? (2)

Color Run
     Bukan barang baru bahwa acara lari telah menjadi konsumsi olahraga yang sedang tren. Terhitung sejak awal 2014, berbondong-bondong event Running diadakan. Mulai dari institusi perbankan seperti BII Maybank dengan Maybank Run, Mandiri dengan Mandiri Run, BCA dengan Electro Run dan paling baru adalah CIMB Niaga dengan Color Run-nya. Berlanjut ke Brand-brand minuman kesehatan dan perawatan tubuh yang akan datang meramaikan bursa lari seperti Pocari Sweat dengan Safe Running, L-Men dengan Water Run, Nutrilite dengan Health Run,  HILO Teen dengan Teen Running Challenge ataupun Zinc yang tahun lalu menggelar Vertical Run. Ada pula yang diadakan oleh pemerintah kota setempat sendiri atas hasil kerja sama berbagai pihak seperti kota Magelang, Medan, Sidoarjo, Balikpapan dan lain-lain. Terakhir adalah yang diadakan oleh universitas tertentu seperti misalnya Prasetiya Mulya yang tahun lalu sukses mengadakan event Running bertajuk Glow In The Dark untuk warga kawasan BSD, Tangerang Selatan.

        Semakin tahun ke tahun bahkan hitungan bulan, saya melihat pergerakan tren yang cepat. Misalnya pada olahraga lari, yang unik adalah ada konsep lomba yang menunjukkan sisi yang kemegahan, kemewahan, gemerlap yang biasanya diadakan malam hari. Namun ada juga sisi yang humanis, kesederhanaan, sosial yang eventnya biasanya diadakan pagi hari. Contohnya Electron Run dan Color Run yang tentunya berbeda dengan Green Run dari ASTRA serta Run for Leprosy dari Alam Sutera. Ini membuktikan bahwa olahraga lari dapat dibungkus dengan berbagai situasi sehingga bisa dibilang lari lebih panjang usia dibanding olahraga lainnya yang cepat redup.

        Ada sebuah realita lainnya yang cukup menarik pada setiap sisi acara olahraga yang sedang hype ini. Realitanya adalah bukan hanya peminat lomba yang semakin banyak dan rajin mengikuti setiap lomba yang ada, justru terdapat situasi yang saya bilang sebagai "backstage" adalah dimana para perusahaan bersama brandnya juga berlomba-lomba untuk mengonsepkan acara. Dicelah itulah mereka sambil mempromosikan brand mereka serta menjaring calon konsumen mereka melalui komunitas-komunitas tertentu.

   Sesuatu yang unik dan mampu menawarkan pencipta acara adalah sisi entertainment. Entertainment yang dapat menjadi gula bagi semutnya. Setelah capek berlari selama kurang lebih 1 jam penuh, mereka disajikan hiburan musik yang menurut saya dapat membuat rileks kembali pikiran. Kalo kata banyak orang itu, “Sehat Fisik dan Mentalnya”. Berlari adalah olahraga yang menyehatkan lalu mendengarkan lagu juga menyehatkan pikiran dari stress berkepanjangan. Semoga sesuatu yang positif seperti tren olahraga terus berlanjut. Apalagi tren-tren yang saat ini sedang dibangun yaitu berlari sambil melakukan kegiatan sosial. Tentunya ini akan bermanfaat bagi segi perusahaan untuk positioning mereka dan bermanfaat pula untuk pesertanya untuk menjadi manusia yang lebih fit, bugar dan jauh dari penyakit-penyakit berbahaya.

Sumber Gambar : google.co.id
Running, inikah Tren Berkepanjangan itu? (1)

Euforia Running

     Dunia olahraga seakan tak pernah surut dari tren. Setelah sepeda dan yoga, kini masyarakat makin diajak untuk senantiasa sehat ditengah himpitan pekerjaan yang semakin pelik. Makin capek dong? Ya mungkin itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana perjalanan tren olahraga di Indonesia yang mungkin digandrungi masyarakat di belahan dunia lainnya. Dari bersepeda yang sedianya masih seputar mengayuh, lalu beralih ke yoga dan muaythai yang mulai konsen pada permainan seluruh tubuh. Pada akhirnya, sampailah pada olahraga lari yang memang sejatinya adalah olahraga sejuta umat yang bisa dilakukan siapapun, kapanpun dan dimanapun namun tetap memberikan impact yang cukup baik bagi kebugaran tubuh.

          Sepaket, siapa yang tidak senang dengan kata itu, ibaratnya dalam satu waktu kita mendapatkan apa yang kita inginkan. “Sambil menyelam, minum air”, itu lah pepatah yang tetap menjadi filosofi masyarakat Indonesia terutama anak-anak muda di kota besar. Mereka berlomba-lomba untuk mengikuti suatu tren yang tidak hanya sekedar membuat mereka terlihat sosial, namun juga berdampak baik bagi kesehatan mereka. Ini mewabah di berbagai kota besar di Indonesia seperti di Jakarta sebagai kiblat tren Indonesia lalu ke Surabaya, Jogjakarta bahkan sampai Manado, Palangkaraya hingga Papua. Dengan waktu yang terbatas, apapun yang sifatnya praktis dan memberikan impact nyata, itulah yang dicari mereka. Running menjawab itu dengan berbagai varian lari yang ditawarkan seperti 5K ataupun 10K dengan tawaran hadiah yang sangat menggiurkan.

      Melalui beragam rangkaian acara yang dikonsep menarik, olahraga nampak seperti euforia yang menyenangkan untuk melepas kepenatan aktivitas sehari-hari. Seperti contohnya yang sangat digandrungi anak muda pada tahun lalu adalah Color Run yang diadakan oleh salah satu provider bank yaitu CIMB Niaga. Salah satu “Below The Line” mereka ini mampu menghadirkan suatu kegembiraan tersendiri di benak anak muda. Mereka selfie dan berfoto ria dengan bangganya walaupun seluruh badan mereka penuh dengan warna. Dari sisi ini, menurut saya dapat kategorikan sebagai wujud pengeksperesian diri yang unik dan tentunya dapat menjadi kenangan. Mengapa? Semua karena diferensiasi. Perbedaan yang sangat signifikan dibanding tawaran lomba lari lainnya yang hanya menghadirkan sisi kesehatan, kejuaraan dan hadiah besar. Namun, Color Run dapat menghadirkan sebuah filosofi “Yang Penting Lari, Sehat terus Have Fun deh, gak usah mikirin menang, minimal dapet medali biasa lah. Paling yang menang orang Afrika”. Itu lah mengapa konsep acara Running seperti Color Run selalu membludak bahkan banyak yang tidak kebagian tiket.

            Berlanjut ke post yang kedua ya :) 

Sumber Gambar : google.co.id

Introduction



Hi Folks!


Selamat datang di blog gue yang sederhana ini,

   Sebagai prakata, gue membuat blog ini karena gue cuman pengen mengungkapkan segala bentuk kritik dan pengamatan tak tersampaikan gue. Maklum gue adalah orang yang gak enakan. Yap, I’m an Introvertian atau disebut sebagai golongan emas (Diam itu Emas). Tapi gue gak sediam yang dibayangkan kok, cuman gue lebih memilih untuk mengamati situasi tertentu terlebih dahulu lalu memahaminya dibandingkan langsung berbicara. 

   Secara umum blog ini berisi perspektif gue tentang lika-liku tren sosial yang terjadi di sekitar kita terutama tren yang dipelopori oleh anak muda. 

   So, mungkin thediaryofsocialobserver.blogspot.com adalah tempat yang pas buat gue untuk menyampaikan bentuk pikiran gue yang sebenarnya. Enjoy it guys, semoga kalian suka. 

        Saya Sindi Ifan, sangat welcome dengan segala bentuk komentar, kritik, saran yang ada nantinya. Disini tidak ada yang benar dan salah, yang ada hanyalah sudut pandang. Semoga kita semua bisa belajar bersama.

Akhir kata, Wassalam


Best Regards,



Sindi Ifan, a Social Trend Reviewer

thediaryofsocialobserver.blogspot.com
The Trend Reviewer Site                                                           by Sharing Learning Realiting Group
@ShareLearn_ID
@IfanJr

Sumber Gambar : google.co.id