--------- Penjelajah Ulung --------- by Sindi Ifan (El Revisor Tendencia)

Penjelajah Ulung! Its a Trend Reviewer Blogsite (Share & Learn). Let's Be Yourself with New Perspective! :)

Potret Waktu Luang Bapak Ardhi

25 September 2015

Nama : Ardhi Wiradi
Usia : 38 tahun
Domisili : Depok, Jawa Barat
Pekerjaan : Wiraswasta

Wisata juga Perlu Keseimbangan

Bapak Ardhi, seorang pengusaha di bidang percetakan. Beliau mempunyai outlet printing dan sehari-hari berdomisili di Depok, Jawa Barat. Ayah empat orang anak ini merupakan perantauan dari Solo. Saya mewawancarai beliau saat sedang menghabiskan waktu luangnya bersama seluruh keluarganya di Kebun Raya Bogor. Sore hari itu beliau menggelar tikar yang ia bawa dari rumah dan melihat anak-anaknya bermain sepeda mengelilingi taman. Menurutnya waktu bersama keluarga seperti ini adalah hal yang cukup berharga bagi dirinya karena dapat meningkatkan kualitas hubungan antar anggota keluarganya. Oleh karenanya Bapak Ardhi mengatakan bahwa dia sering mengajak keluarganya berlibur ke tempat-tempat dengan alam terbuka salah satunya Kebun Raya Bogor yang telah ia kunjungi ketiga kalinya.

“Bogor itu…sejuk kotanya. Gak jauh dari Jakarta. Sebenarnya bagus cuman yang gak enak macetnya aja. Jalannya terlalu kecil-kecil. Kalo ke Kebun Raya sih masih deket lah ya sama tol sekalian cari wisata alam toh. Jadi ya infrastrukturnya aja sih perlu dibenahi lah” ungkapnya ketika ditanya Bogor itu kota yang seperti apa. Bapak Ardhi bersama keluarga tercintanya pernah berlibur ke The Jungle dan Kebun Raya Bogor saat di kota Bogor. Sedangkan, untuk daerah sekitar Bogor, beliau pernah mengajak keluarganya ke Jungleland. Berdasarkan pengalamannya, kota Bogor cukup kental kaitannya dengan dunia kuliner. “Disini mah banyak ya kulinernya. Sehabis dari sini saya mau ngajak anak-anak ke Momomilk. Ngajak anak-anak aja kesana” ujarnya.

Bagi dirinya rekreasi dan liburan adalah untuk relaksasi atau menghilangkan penat. Sebenarnya kalo liburan beliau juga pernah dirumah saja hanya untuk quality time bersama keluarganya seperti menonton film, dapat juga menemani anaknya bermain dirumah. Namun, ketika ditanya soal rekreasi beliau menjawab rekreasi adalah harus bepergian atau jalan-jalan ke tempat wisata. Apalagi dirinya telah dikaruniai tiga orang anak yang belum tergolong remaja. Sehingga ketika bepergian pada hari libur, Bapak Ardhi selalu membawa serta keluarganya karena justru merasa lebih tenang dan nyaman jika bersama mereka. Contohnya ketika beliau datang ke Kebun Raya bersama keluarganya. “Kalo ke Kebun Raya Bogor ini ya salah satu rekreasi. Bagus lho disini tuh luas sekali. Cocok buat refreshing, main dengan alam. Biar gak main gadget sama game aja terus. Anak-anak bisa main sepeda lalu sehabis ini ya baru cari makan” ungkapnya lebih jauh. “Perlu lah mix permainan atau wisata supaya balance, gak yang permainan melulu. Kalo alam gini kan enak ya terus murah meriah lagi”.

Saat mencari-cari tempat wisata, sejauh ini beliau cukup mengandalkan informasi yang bersumber dari internet. Contohnya ketika ia memutuskan untuk mengunjungi resto Momomilk sebelum kembali ke Jakarta nantinya. “Sebelumnya browsing dulu, kuliner enak di Bogor itu apa. Googling lah. Biar tahu sekarang yang lagi rame dan cocok sama keluarga apa aja”. Kemudian beliau juga berencana membeli oleh-oleh kue Lapis Talas dan roti unyil khas Bogor.

Menurut Bapak Ardhi, Depok belum memiliki Kebun Raya seperti ini. Kalaupun ada, itu adalah lingkungan kampus UI dan bukan tergolong pada tempat wisata sehingga tidak dapat disamakan dengan Kebun Raya Bogor yang lebih untuk publik. Saat ditanya apa perbedaan Kebun Raya yang pertama kali ia datangi dengan sekarang, beliau mengatakan bahwa kini ia melihat suatu penataan yang lebih baik, toilet yang bersih dan mulai ke arah pengembangan wisata. “Itu ya saya lihat lagi ada pembangunan ya. Semoga lebih bagus sih. Yang penting saya sama keluarga bisa menikmati aja sih. Simpel aja kayak bawa tikar gini terus anak-anak bisa main sepeda sama jalan-jalan” ujarnya. 

Selain itu salah satu faktor penting yang membuat beliau cenderung betah ketika berlibur adalah tingkat kebersihannya. Jika kebersihan dari suatu tempat wisata terjamin, beliau akan merasa lebih nyaman dan mau berlama-lama ditempat tersebut. Apalagi tempat tersebut menawarkan konsep yang sifatnya lebih ke alam. “Rasanya indah dan asri ya kalo alam tuh, apalagi kalo bersih. Rasanya kayak di kampong aja gitu”. Akses dirasa juga menjadi faktor yang cukup utama dalam penentuan tempat wisata. “Harapan saya sih ya aksesnya aja sih lebih mudah kayak misalnya gak macet gitu lah ya. Kalo saya lagi di Bogor gini kan menyenangkan ya. Gak jauh lah dari rumah, cukup setengah jam. Jadinya enak dsini. Daripada di Jakarta aduh bosen saya. Masa di Jakarta macet, Bogor juga macet kan bukan liburan malah nantinya”. Hal ini cukup dimaklumi karena beliau pernah mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan saat ia berlibur bersama keluarganya di The Jungle. Kala itu setelah selesai berlibur di kota Bogor, Bapak Ardhi harus menempuh waktu sekitar dua jam untuk kembali kerumah yang seharusnya dapat ditempuh hanya dengan waktu setengah jam. “Waktu itu macet banget, mungkin orang Jakarta pada berlibur semua kesana terus akses jalan kesananya memang agak sempit jadinya bikin kesel aja” ujarnya.


Setelah obrolan tersebut saya mulai menanyakan soal keluhan yang selama ini muncul dalam berbagai isu sosial kota Bogor yaitu angkutan umum yang terlalu banyak. Bapak Ardhi memang juga merasakan adanya suatu ketidakteraturan dari angkutan umum di kota Bogor. Menurutnya, kota Bogor cukup penuh dengan angkutan umum. Seharusnya pemkot Bogor harus lebih menata kembali permasalahan tersebut. “Minimal disortir lah ya, ada kuotanya gitu berapa banyak. Misalnya per trayek ada seribu angkot. Yasudah jangan ditambah-tambah lagi. Kalo bukan untuk peremajaan ya jangan. Intinya ya dilihat kebutuhannya aja lah” tambahnya. Namun, menurutnya bukan berarti hal tersebut membuatnya urung untuk kembali ke Bogor karena secara umum Bogor membuatnya berkesan dan menawarkan banyak wisata yang menarik untuknya dan keluarganya. Terutama untuk Kebun Raya Bogor karena konsep alam yang ditawarkan dapat membuatnya menghilangkan kepenatan atas pekerjaan sehari-hari. Jika dibandingkan dengan kota lain, menurutnya kota seperti Lembang, Bandung masih lebih baik dibanding Bogor. Namun karena jaraknya yang jauh membuatnya urung ke sana saat weekend melainkan saat liburan panjang saja. “Sekarang maunya yang deket-deket aja sih, males yang jauh-jauh. Yang penting dapat lah alamnya daripada ke mall-mall gitu kan” tambahnya. Dari hal tersebut, beliau berharap agar ke depannya Bogor menjadi lebih baik dari berbagai segi terutama akses dan transportasi.

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

@Ifanjr

#bogorleisureproject
#gobogor

Terima kasih telah menyimak rangkaian kisah waktu luang informan saya di kota Bogor

Tunggu post saya selanjutnya hanya di

Potret Waktu Luang Bapak Wildan

27 September 2015

Nama : Wildan
Usia : 23 tahun
Domisili : Cibinong, Kab.Bogor
Pekerjaan : Karyawan Perusahaan Swasta

Nyaman di Lingkungan Sendiri

     
     Bapak Wildan merupakan seorang karyawan swasta di Cibinong, Kabupaten Bogor. Beliau adalah orang asli Bogor yang sejak lahir telah tinggal di Cibinong. Pada sore itu, saya mewawancarai beliau saat sedang menghabiskan waktu luangnya bersama keluarganya di Taman Ade Irma Suryani, Taman Topi. Saya menghampirinya lalu mewawancarainya karena beliau bersama keluarganya terlihat sedang santai dan menikmati santapan yang mereka beli. Menurut saya Bapak Wildan adalah orang yang sangat ramah, welcome dan murah senyum.

       Kebun Raya Bogor, Istana Bogor dan The Jungle adalah tempat-tempat wisata yang pernah ia kunjungi sejauh ini selama berwisata di kota Bogor. Biasanya ketika pergi berlibur, Bapak Wildan seringkali pergi bersama keluarganya. “Sekarang-sekarang ini saya masih ngikut-ngikut aja, belum berkeluarga soalnya. Ini pacar saya nih” sambil mengenalkan pacarnya.

      Menurut pendapat Bapak Wildan, wisata di kota Bogor sangat sesuai dengan koceknya. Dengan kata lain biaya untuk menikmati wisata-wisata di Bogor sangatlah terjangkau. Selain itu, karena beliau memang tinggal di kota Bogor sehingga dirinya cukup sering main ke wilayah kota Bogor maupun kabupaten Bogor seperti Puncak, Cipanas dan lain-lain. “Kalo kesini (Bogor) itu jauh lebih dekat dibandingkan mungkin kalo mau main ke Jakarta atau Bandung. Pertimbangan kesini sih lebih ke jaraknya aja yang gak jauh terus disini tuh adem juga. Saya juga kebetulan kan memang orang asli sini jadinya lebih nyaman di lingkungan sendiri aja. Jauh-jauh juga males”. Oleh karena itu, Bapak Wildan pasti akan sering kembali lagi ke Bogor karena jarak yang dekat.

  Mengenai tujuan dari liburannya, Bapak Wildan mengungkapkan bahwa dia ingin menghilangkan stress dari pekerjaan lalu dapat berkumpul bersama keluarga. “Yang penting ilangin stress sama kumpul keluarga aja sih, wisata apa aja masuk kok” ujarnya. Namun, secara khusus beliau menyukai wisata yang sifatnya lingkungan hiburan seperti The Jungle, Dufan lalu untuk wisata fauna adalah Taman Safari. “Kalo alam-alam sih kurang, cuman sesekali ya gak papa sih biar tahu aja”. Beliau memang lebih menyukai untuk bersantai dan mengobrol bersama keluarga dibandingkan pergi-pergi sendiri. Dari hal tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa Bapak Wildan adalah orang yang tergolong pada Family-Oriented.


     Bapak Wildan menuturkan bahwa dia menghabiskan waktu weekendnya di kota Bogor khususnya di Taman Topi karena untuk menyenangkan keluarganya yang mayoritas masih kecil seperti keponakannya dan saudara-saudaranya. Lalu beliau juga bercerita bahwa dirinya semasa kecil sering untuk berlibur ke Taman Topi sehingga tempat ini sudah diketahuinya sejak dahulu bukan dari informasi tempat wisata dari internet. Sejauh ini menurutnya taman hiburan tersebut sudah cukup baik. Namun, perlu ada beberapa peningkatan pelayanan saja seperti dari sisi kebersihan. Dari segi transportasi beliau merasa bahwa tempat ini sangat strategis dan angkutan umum yang menuju ke tempat tersebut cukup banyak. “Tapi Bogor itu memang terlalu banyak angkot sih. Malah yang bikin macet Bogor itu angkot. Paling perlu di disiplinin aja, asal berhentinya gak sembarangan” tambahnya.

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

@Ifanjr

#bogorleisureproject
#gobogor

Tunggu kisah informan lainnya hanya di

Potret Waktu Luang Ibu Maryani

27 September 2015

Nama : Maryani
Usia : 24 tahun
Domisili : Jatinegara, Jakarta Timur
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Membahagiakan Anak Sampai ke Kota Seberang

         
    Informan saya selanjutnya adalah Ibu Maryani yang sehari-harinya merupakan ibu rumah tangga. Kala itu, saya mewawancarainya ketika sedang menemani anaknya bermain kereta mini di Taman Ade Irma Suryani, Taman Topi, Bogor. Beliau mengungkapkan bahwa dirinya sering bermain ke kota Bogor bahkan dapat dikatakan hampir setiap minggu ke Bogor karena permintaan anaknya. Anak-anaknya senang untuk bermain di Taman Topi karena cukup banyak permainan yang ditawarkan sekaligus anaknya juga menyukai berjalan-jalan menggunakan kereta sehingga setiap weekend Ibu Maryani mengajak anaknya bepergian menggunakan kereta. Selain itu kebetulan rumah Ibu Maryani terletak di dekat stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. “Palingan kalo ke Bogor kesini aja soalnya disini dekat banget sama stasiun terus terjangkau juga. Sama kalo ke Jakarta paling ke Ragunan aja buat lihat-lihat binatang”. Ibu Maryani ke Bogor membawa ketiga anaknya beserta nenek dan adik perempuannya.

        Ketika ditanya soal tanggapannya mengenai kota Bogor, Ibu Maryani mengatakan bahwa beliau telah melihat cukup banyak perkembangan dari kota Bogor itu sendiri. Wisata-wisata yang sudah bervariasi dan fasilitas-fasilitas yang semakin banyak membuat dia sering memilih kota Bogor sebagai tujuan wisata khususnya untuk anaknya. “Kalo di Jakarta gak gitu banyak mas yang kayak gini terus jauh juga dari rumah. Mendingan ke Bogor aja deh sekalian cari suasana baru kan” tuturnya. Bagi dirinya, liburan itu adalah wisata yang dapat menyenangkan pikiran serta membahagiakan anak apalagi anak-anak yang tergolong masih kecil. Oleh karena itu, anaknya tidak dapat beliau tinggalkan dirumah. “Kalo di Taman Topi ini sambil anak main kan bisa juga ngobrol-ngobrol sama keluarga. Tapi saya sih lebih ngikutin anak aja maunya apa. Anak saya itu nagih kalo gak kesini. Dia suka banget sama kereta-keretaan” tambah beliau saat ditanya mengapa dia memilih Taman Topi sebagai destinasi liburannya.

             Menurut Ibu Maryani, sebagai destinasi wisata Bogor masih memiliki kekurangan soal kuliner terutama untuk anak-anak. Kuliner di kota Bogor tidak banyak bervariasi khususnya dikawasan Taman Topi padahal itu adalah destinasi wisata untuk anak-anak. Harapan Ibu Maryani, bagi wisata-wisata yang mayoritas pengunjungnya anak-anak harus juga dapat menyediakan makanan atau minuman yang berhubungan dengan anak-anak. “Kita kan khawatir juga ya kalo anak-anak makannya makanan orang dewasa terus kayak Bakso, Mie Ayam, Ketoprak gitu-gitu. Gak bagus buat mereka” ujarnya. Lalu untuk kuliner yang sifatnya kedaerahan, Ibu Maryani merasa sudah cukup bosan karena sudah sangat sering ke kota Bogor sehingga ia tergolong jarang membeli oleh-oleh kecuali ada titipan. “Udah bosen sih kalo oleh-oleh, paling ya kalo dulu belinya Lapis Talas, Asinan Bogor sama Mochi-mochi. Paling seringnya justru malah pulang dari sini suka beli topi di depan, bukan kulinernya” ujarnya.


          Menyambung soal aspek lainnya, menurut Ibu Maryani kota Bogor sudah memberikan kenyamanan untuk dia dan anaknya dalam berlibur. Namun, tetap perlu ada peningkatan terus menerus supaya lebih baik lagi terutama dari keamanan, kenyamanan dan kebersihannya. Contohnya adalah kereta-kereta mini di Taman Ade Irma Suryani ini yang sudah mulai terlihat kurang baik dan sudah tidak nyaman lagi bagi anak-anak saat bermain. Sehingga perlulah untuk segera diremajakan atau diperbaiki agar terlihat lebih rapi, nyaman saat dimainkan dan indah. “Sekarang soal kebersihan udah jauh lebih baik lah dibandingkan dulu. Pas saya masih kecil dulu, saya kan pernah main kesini terus ya perawatannya kurang. Kadang banyak bekas bungkus nasi sama minuman gitu” tambahnya. Lalu dari segi harga menurutnya Taman Topi sudah sangat terjangkau dan membuat dia tidak keberatan jika mengajak anaknya bermain di Taman Topi setiap minggu. “Ya sejauh ini sih baik-baik saja kalo ke Bogor, belum ada pengalaman buruk gitu. Makannya setiap weekend ya suka kesini”.

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

@Ifanjr

#bogorleisureproject
#gobogor

Tunggu kisah informan lainnya hanya di


Potret Waktu Luang Bapak Ben

20 September 2015

Nama : Ben Ardian
Usia : 48 tahun
Domisili : Cinere, Depok
Pekerjaan : IT Professional

Quality Time di Kota Kenangan

    Bapak Ben Ardian merupakan seorang professional dalam bidang IT dan sudah lama mengenal kota Bogor. Saya mewawancarai beliau sesaat setelah menyantap makanan di café Lemongrass bersama istrinya. Beliau berlibur di kota Bogor sejak hari Jumat malam dan kembali ke Jakarta pada Minggu malam harinya karena harus kembali pada rutinitas kesehariannya. Selama di Bogor, Bapak Ben menginap di hotel sekitar kawasan Bogor Nirwana Residence. Ketika saya menyambanginya, beliau dengan ramahnya mengajak saya untuk duduk disebelahnya. Menurut saya, beliau banyak sekali memberikan pengetahuan yang menarik seputar kota Bogor karena memang dirinya sudah menyukai kota Bogor sejak lama saat berkuliah. Oleh karena itu, beliau sudah paham seluk beluk kota Bogor terutama dari segi perkembangan wisatanya.

         Menurutnya, ada banyak macam kata kunci yang dapat menggambarkan kota Bogor. Pertama, kota ini adalah kota yang bersejarah karena usia dan bangunan-bangunan kota yang tergolong tua. Ini sama halnya seperti Kota Tua nya Jakarta. Lalu yang kedua yaitu kota Botanical karena terdapat Kebun Raya Bogor yang menggambarkan bahwa kota ini kental dengan nuansa alam. Kemudian yang ketiga ada segi kuliner yang menurutnya sangat beranekaragam dibanding mungkin kota lainnya. Beliau menambahkan. “Paling tidak ketiga hal itu yang dapat menggambarkan kota Bogor seperti apa” tuturnya. Sejauh ini Bapak Ben sudah banyak mengunjungi wisata dan ikon kuliner di kota Bogor. “Dulu pernah kuliah juga disini tahun 80-an tapi bukan IPB. Saya sudah pernah ke Kebun Raya Bogor, Istana Kepresidenan terus sama yang banyak itu ya kuliner. Terus kalo yang jauh ya pernah ke kaki Gunung Salak”. Tak heran jika Bapak Ben sudah memahami kota Bogor seperti apa karena beliau pernah tinggal disini untuk berkuliah.

           Kesukaan dari Bapak Ben ketika menyambangi kota-kota seperti Bogor adalah keliling-keliling kota. Sayangnya, menurut beliau yang selalu menjadi masalah bagi kota-kota di Indonesia seperti Bogor ini adalah masalah lalu lintas. Terutama untuk angkutan kota, pada hari libur akan terlihat banyak sekali angkutan umum yang berhenti sembarangan di jalan-jalan kota Bogor khususnya pada jam-jam ramai. “Bolehlah banyak tapi tetap disiplin, kayak contohnya tadi saya di daerah Jembatan Merah sm samping Kebun Raya Bogor itu padat sekali” ujarnya. Untuk itu, beliau menyarankan pada kota Bogor kalaupun ada transportasi internal kota yang lebih baik akan membuat kota Bogor lebih teratur dari segi transportasinya seperti contohnya busway atau monorel.

         Ketika ditanya soal konteks liburan serta rekreasi, beliau menjawab bahwa saat seseorang berlibur, mereka harus memenuhi beberapa tujuan yaitu membuat rileks dan santai, kuliner yang sesuai dengan lidah banyak orang lalu dapat beribadah dengan baik. “Kalo kita sebagai orang Indonesia itu nyarinya yang tempat ibadahnya juga nyaman. Soalnya penting sekali, jangan sampai orang susah untuk nyari tempat ibadah. Yang paling utama kita dalam berwisata itu kan untuk mencapai ketenangan juga salah satunya”. Jadi beliau menyimpulkan jika ada pelayanan yang seperti itu pastinya akan membuat orang lebih nyaman.

         Obrolan berlanjut pada alasan mengapa beliau memilih Lemongrass sebagai destinasi kuliner beliau bersama istrinya. Berdasarkan penuturannya, beliau mengetahui Lemongrass dari internet dan social media. “Kalo zaman sekarang itu apa-apa serba mudah ya, kalo bingung tinggal cari makan apa ya sebelum pulang. Sekarang internet kan udah jadi jendela utama manusia ya. Apapun informasi yang dia inginkan tinggal dicari saja di internet karena kecepatannya dan akurasinya”. Beliau mengungkapkan bahwa dia bersama istrinya merupakan tipe orang yang hobi untuk bepergian sehingga acapkali melakukan browsing untuk mencari tahu tempat apa yang menarik. Mereka mempunyai rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap wisata-wisata tertentu yang unik. Apalagi jika wisata tersebut dipadukan dengan variasi penawaran kuliner, mereka akan sangat meluangkan waktu untuk pergi kesana. Dalam setiap perjalanan wisatanya, Bapak ben seringkali jalan berdua saja bersama istrinya tanpa anak karena kedua anaknya kini sudah besar. “Saya anak ada dua, yang satu sudah menikah sehingga sudah jarang untuk kumpul bareng terus satu lagi sedang kuliah di Australia jadi ya kalo liburan aja kesininya”. Oleh karena itu, ketika bepergian untuk refreshing mereka kerapkali agak merasa kesepian dan terkadang memikirkan anaknya.

       Bercerita lebih jauh mengenai perjalanan kulinernya, Bapak Ben sudah banyak mencoba makanan-makanan di kota Bogor baik yang tradisional ataupun luar. “Saya kalo soal makanan gak terlalu fanatik ya. Gak selalu yang dicoba itu makanan tradisional. Saya coba-coba aja yang katanya enak dan unik jadinya biar tahu kayak apa sih rasanya. Malah kita makan pernah jam 1 malem gitu, makan Soto Kambing di daerah Batu Tulis situ”. Bapak Ben menuturkan juga bahwa dirinya menyukai desain-desain atau konsep wisata yang unik. Ketika memutuskan untuk ke Bogor, beliau sejak dahulu merasa bahwa kota Bogor adalah kota yang baik untuk dikunjungi. “Tujuannya sih kalo kesini ya untuk melepaskan penat, keluar dari rutinitas sehari-hari. Terus kita tuh yang penting ada komunikasi yang baik juga berdua nih. Jadinya ya bicaranya yang lain daripada biasanya”. Beliau merasa setiap bulan perlu adanya suatu quality time bersama istri karena memang menurutnya itu dapat mempererat hubungan. Walaupun mereka tergolong sering untuk bersama-sama setiap malam, tetapi itu kurang cukup bagi Bapak Ben. Beliau merasa perlu untuk meluangkan waktu bersama istri di luar dari kebiasaan agar tidak membosankan. Selain itu, sempitnya waktu dan rasa lelah akibat rutinitas sehari-hari membuat waktu di malam hari bersama istri kurang berkualitas.

         Sekitar enam bulan yang lalu, Bapak Ben berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Disana beliau melihat-lihat dan bersantai disana bersama istri. “Enak ya kalo disana, bisa santai terus sambil memperkaya pengetahuan juga soal tanaman-tanaman. Terus bisa olahraga juga kan untuk meningkatkan kesehatan bagi kita-kita yang udah umur ya. Bagi saya kalo misalnya bepergian tuh pengennya jalan-jalan aja kemana gitu lihat-lihat sekitar”. Menurutnya, ketika sebuah kota mampu menawarkan infrastruktur yang baik untuk para pejalan kaki, kota tersebut sudah tergolong baik dalam menjamu wisatawannya. “Salah satu cara turis menikmati lingkungan dimana ia berlibur adalah dengan berjalan kaki. Jadi kalo lingkungannya kurang baik seperti kotor, bau dan atau kurang terawat maka dia tidak bisa menikmati secara total liburannya. Semoga ya kota Bogor tidak seperti dulu lagi ya yang kurang memperhatikan soal kebersihan”. Beliau menambahkan kembali bahwa kota-kota Indonesa perlu untuk selalu berkaca pada kualitas infrastruktur dari kota-kota lain di luar negeri khusunya Eropa. “Mereka sangat concern ya terhadap kualitas wisata setiap orang jadinya mereka mengemas konsep wisata yang sangat menarik”. Namun Bapak Ben tetap optimis pada perkembangan pariwisata di Indonesia karena masing-masing daerah memiliki keunikan serta potensi tersendiri yang dapat membuat kemajuan daerah. Tentunya jika dapat dikembangkan dengan baik dan mampu mengemas kontennya yang menarik. “Kalo untuk Bogor ya sudah mirip-mirip lah dengan Bandung, walaupun kita tidak bisa bandingkan keduanya ya karena mereka punya keunggulan masing-masing”. Soal oleh-oleh, beliau bersama istrinya cukup sering membelinya untuk sekedar bingkisan sebelum balik ke kota asal. “Saya sama istri biasa beli oleh-oleh itu ya buat sekedar pengen tahu aja, bukan karena membeli suatu tanpa batas. Terus ya pengen lihat inovasi-inovasi kreasi anak bangsa, apa sih yang bisa mereka kembangin. Nah ketika kita membeli bisa sekalian apresiasi atas produk-produk asli Bogor”.


       Sejauh ini kota Bogor tetap membuatnya berkesan karena berhasil menunjukkan perkembangan yang baik walaupun mungkin ada beberapa titik yang perlu diperhatikan. Contohnya adalah kemacetan yang kini sudah mulai menjadi masalah lalu lintas khususnya di wilayah jantung kota Bogor yaitu sekitar Istana Bogor. Menurutnya kota ini adalah kota yang dapat menggabungkan budaya, sejarah hingga alam. Wisata di kota Bogor memiliki variasi yang cukup baik. “Ada wisata museum, relief-relief, sungai, lembah, dan wisata lainnya. Sebenarnya tinggal dirawat dan dirapihkan kembali saja. Apalagi dari Jakarta juga kan gak terlalu jauh ya. Mungkin dengan walikota yang sekarang nantinya akan lebih baik ya. Anak muda kan jauh lebih kreatif ya”. 

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

@Ifanjr

#bogorleisureproject
#gobogor

Tunggu kisah informan lainnya hanya di

Potret Waktu Luang Bapak Rifky



20 September 2015

Nama : Rifky Hidayutullah
Usia : 29 tahun
Domisili : Kampung Melayu, Jakarta Timur
Pekerjaan : Pegawai Hotel

Suasana Baru Cerita Baru

     
    Bapak Rifky merupakan seorang pegawai hotel di Jakarta. Saya mewawancarai beliau saat sedang menghabiskan waktu luangnya di salah satu cafe di kota Bogor. Café tersebut bernama Lemongrass yang akhir-akhir cukup terkenal di social media. Salah satu café yang kini tengah hype dan menjadi ikon tempat nongkrong kota Bogor. Ketika saya menghampiri untuk meminta beliau pendapat soal kota Bogor, beliau cukup welcome dan mau untuk memberikan komentar lebih jauh soal kota Bogor baik wisatanya maupun kulinernya. Beliau saat itu ke kota Bogor bersama pacarnya yaitu Ibu Tania Maulidina yang juga berasal dari Jakarta. Mereka berdua sama-sama sedang libur kerja kala itu dan sebelumnya sudah merencanakan bahwa hari itu mereka berdua akan berlibur di kota Bogor. Sejak penuturan itu, saya menjadi cukup penasaran mengapa pada akhirnya kota Bogor lah yang menjadi pilihan mereka berdua berlibur. Jika lebih spesifik lagi mengapa mereka memilih Lemongrass untuk mengisi waktu luang mereka dibanding tempat lainnya. Yuk mari kita ketahui lebih dalam apa yang mendasari mereka untuk berkunjung ke Bogor.

   “Bogor itu…nyaman buat liburan lah, buat refreshing pikiran aja. Kalo di Jakarta kan udara panas, debu, disini kan udara masih sejuk ya. Intinya sih sekalian cari suasana dan tempat-tempat yang baru”

    Kutipan tersebut adalah kalimat yang dikatakan oleh Bapak Rifky ketika saya menanyakan mengapa beliau memilih kota Bogor untuk dijadikan destinasi wisata Bapak Rifky bersama pacarnya. Menurutnya, baik kota maupun kabupaten Bogor memiliki keunikan tersendiri dibanding kota lainnya khususnya di wilayah Jabodetabek. Sehingga keunikan tersebut membuat dirinya cukup betah berada di lingkungan Bogor apalagi kini Bogor sudah berkembang cukup banyak dari pariwisatanya. Ketertarikan tersebut didukung oleh ajakan secara tidak langsung oleh teman-temannya yang sering update di social medianya ketika datang ke Bogor. “Banyak tuh teman saya yang share-share foto di social media pas lagi di Bogor, saya aja tau Lemongrass juga dari pacar terus dia ngeliatnya di Instagram sama Path. Jadinya kan penasaran aja terus cobain deh kesini”  

     Menurutnya, hal yang perlu dibenahi dari kota Bogor adalah dari segi transportasi umumnya khususnya angkot. Hal ini beliau garis bawahi karena sepanjang dirinya mengunjungi Bogor, hal yang cukup menyebalkan adalah angkot yang ugal-ugalan. Sehingga Bapak Rifky merasa bahwa angkutan umum hijau kota Bogor ini perlu untuk ditertibkan kembali.

      Ketika ditanya soal kesannya dari kota Bogor, beliau menjawab bahwa dia bersama pacarnya akan kembali ke kota Bogor jika mempunyai waktu liburan lagi nantinya. Bogor adalah kota yang cukup baik untuk refreshing apalagi kalo ketemu teman-teman lama. Bahkan saat pertama kali beliau ke Bogor, kata yang muncul dibenak dia adalah kata “Wah”. Namun, menurutnya daerah-daerah atau wisata alam di Kabupaten Bogor lebih menunjukkan kesan alam dibanding di kota Bogor. Kata “Wah” yang ia tunjukkan disitu adalah saat ketika dirinya sedang berlibur bersama keluarga di kawasan Puncak. “Saya waktu itu main ke Curug gitu, bagus terus semacam kayak suasana baru aja. Jakarta itu kan dimana-mana debu terus macet. Kalo di Curug orangnya lebih ramah-ramah terus baik”. Begitulah penuturan beliau ketika ditanya lebih dalam soal destinasi apa yang membuat ia merasa “Wah”.

          Mengenai tempat-tempat wisata yang telah dikunjungi oleh Bapak Rifky ketika di kota Bogor, beliau menjawab bahwa ia pernah ke Kebun Raya Bogor, Tajur dan daerah-daerah sentra industri Roti Unyil. Beliau saat ke Bogor, seringkali membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Jakarta. Salah satu alasan beliau ke Tajur adalah untuk membeli tas sebagai hadiah untuk orang tuanya. Ada cerita menarik ketika beliau membeli buah alpukat di kota Bogor. Saat itu dia membeli beberapa buah alpukat yang sangat membuat dirinya tertarik karena tingkat kematangannya sudah sangat baik. Namun, ketika sudah dibeli dan dibawa ke Jakarta, kondisi dalamnya tidak sebaik kulit luarnya sehingga disitu dia merasa tertipu oleh pedagang oleh-oleh tersebut.

       Obrolan kami lanjutkan ke topik soal destinasi wisata yang disukai oleh Bapak Rifky. Beliau cukup menyukai konsep wisata yang bertemakan alam. Itulah yang cukup mendasari mengapa dia cukup sering mengunjungi Bogor yang sedari dulu memang sudah identik dengan wisata alamnya. Hal ini cukup berbeda jika dibandingkan Ibu Tania yang lebih menyukai suatu wisata yang bersifat arsitektur atau bangunan-bangunan bersejarah. “Tapi, kita berdua bisa masuk ke masing-masing kok, jadinya gak harus maksain harus kea lam atau arsitektur gitu. Saya juga gak anti wisata yang alam cuman mungkin lebih sukanya yang selain alam, contohnya saya nih lagi pengen ke Ah Poong ya itu yang di Sentul ” tutur Ibu Tania.

         Dari kelanjutan pembicaraan tersebut, Ibu Tania juga mulai untuk menceritakan kesannya terhadap kota Bogor. Salah satunya adalah soal infrastruktur khususnya aksen menuju tempat wisata. Menurutnya, destinasi wisata disini agak sulit untuk ditempuh khususnya yang lebih bersifat alam. “Misalnya kayak masuk ke tempat wisata gitu, angkutan umum untuk masuk ke dalamnya itu kayak kurang aja. Angkotnya itu kayak gak menjangkau aja. Terus tanda arah jalan juga mungkin masih kurang, jadinya suka membingungkan” pungkasnya lebih dalam.  


         Soal harapan untuk pariwisata kota Bogor, Bapak Rifky berharap agar pemerintah lebih turun tangan untuk mengatur dan mengembangkan destinasi wisata khususnya dalam segi perawatan sampai pada kebersihannya. Kemudian Ibu Tania juga menambahkan bahwa pemerintah harus lebih bersifat kooperatif untuk membantu pariwisata lebih baik lagi. Beliau memberi contoh, sebut saja di kawasan Kebun Raya Bogor yang memiliki masalah dalam manajemen kebersihannya. Belum lagi permasalahan pohon-pohon yang sudah berusia ratusan tahun atau rentan untuk tumbang. Untuk itu diharapkan pemerintah agar lebih concern terhadap wisata-wisata yang masih kurang dalam segi pelayanannya.

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

#bogorleisureproject
#gobogor

@Ifanjr

Tunggu kisah informan lainnya hanya di

www.thediaryofsocialobserver.blogspot.com


Potret Waktu Luang Bapak Arifin

30 September 2015

Nama        : Arifin
Usia          : 26 tahun
Domisili     : Pondok Gede, Jakarta Timur
Pekerjaan : Pegawai Restoran (Bag.Dapur)


Waktu Luang? Ya Keluarga!


      Bapak Arifin merupakan seorang pegawai sebuah restoran di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Saya mewawancarai beliau saat sedang menggendong anaknya untuk melihat-lihat permainan di Taman Ade Irma Suryani, Taman Topi. Saat diminta untuk wawancara, beliau sangat welcome dan cukup antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan walaupun beliau terkadang masih sambil mengawasi anaknya. Jawaban dari beliau cukup menarik untuk disimak karena beliau bersedia untuk membagi pengalamannya selama berlibur di kota Bogor dan mau untuk berkomentar lebih jauh tentang fasilitas-fasilitas di kota Bogor yang dirasa masih kurang baik.

     Sebelum saya temui di kawasan Taman Topi, Bapak Arifin sebelumnya sudah pernah ke kota Bogor, tepatnya ke waterpark yang cukup terkenal di kota Bogor yaitu The Jungle. Saat itu beliau mengunjungi The Jungle untuk mengikuti acara liburan yang diadakan oleh perusahaan untuk segenap karyawan resto lainnya. Menurutnya, kota Bogor yang sudah ia datangi kedua kalinya ini memiliki udara serta cuaca yang nyaman dibandingkan kota-kota lainnya seperti Jakarta ataupun Bekasi. Dari segi pariwisata, hal yang menurutnya masih perlu dikembangkan adalah signage atau penunjuk arah ke kawasan wisata. Berdasarkan pengalamannya, penunjuk arah di kota Bogor masih belum jelas dan cukup membingungkan. Hal tersebut juga terjadi ketika beliau ingin mengunjungi Taman Ade Irma Suryani yang berada di kawasan Taman Topi. Saat menuju kesana dari arah Baranangsiang, menurutnya penunjuk arah jalan tidak ada yang mengarahkan dirinya ke arah Taman Topi. Beliau hanya menemukan arah ke Pasar Anyar Kebon Kembang yang memang tidak begitu jauh dari kawasan Taman Topi. Alhasil, beliau terpaksa menggunakan GPS padahal seperti kita ketahui GPS membutuhkan jaringan internet yang baik. Belum lagi, beliau menggunakan sepeda motor bersama istri serta satu orang anaknya. Cukup sulit rasanya untuk mengoperasikan gadget sambil membawa sepeda motor.

       Secara ringkas, beliau mengatakan bahwa wisata-wisata di kota Bogor kurang lebih sama seperti tempat wisata di kota lain. Beliau sejauh ini sudah melihat kawasan wisata di daerah Bandung, Solo dan Semarang serta beberapa kota lainnya di pulau Jawa. Tapi menurutnya yang paling baik adalah Bandung karena dari segi udara cukup dingin. “Bandung itu kelasnya pegunungan jadi lebih terasa dingin. Mungkin kalo yang di daerah Puncak dingin ya tapi kalo ini kan di daerah kota nya ya. Jadi misalnya dibandingkan dengan Bandung itu ya tetep aja ada yang kurang gitu. Kalo Bandung itu perkembangannya pesat.” ujarnya.

      Dalam berlibur, beliau sebenarnya lebih menyukai wisata yang sifatnya pada kegiatan di alam terbuka. Namun, ketika beliau kini memiliki buah hati yang tergolong masih kecil sehingga keinginan anak lebih diutamakan. “Kalo anak kan sukanya taman hiburan kayak gini, kalo dibawa ke wisata alam khawatir juga ya terus mungkin kalo wisata lain juga yang untuk anak sedikit. Beda jadinya kalo disini kan mayoritas memang diperuntukkan untuk anak-anak” ujarnya. Selain itu, menurut Bapak Arifin tujuan lain beliau ke Taman Ade Irma Suryani adalah untuk menyenangkan pikiran dan menghilangkan kepenatan atas pekerjaannya sehari-hari yang justru cukup sibuk di hari libur. “Saya liburan justru hari biasa soalnya tau sendiri mas kalo restoran itu hari libur justru malah kita gak boleh libur” tambahnya.

       Berbicara mengenai harapan untuk kota Bogor, Bapak Arifin merasa wisata-wisata di wilayah kota Bogor ini perlu untuk dikembangkan lebih jauh. Aspek-aspek yang perlu dikembangkan adalah kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Dalam sesi wawancara, beliau sempat bercerita seputar fasilitas serta pelayanan dari taman hiburan tersebut. Beliau bercerita bahwa sebelum masuk ke Taman Ade Irma Suryani, dirinya cukup kesulitan ketika ingin menitipkan barang perlengkapan keluarganya khususnya perlengkapan anaknya. Awalnya, beliau menanyakan kepada petugas security dimana lokasi untuk penitipan barang. Setelah diinformasikan, nyatanya petugas disana pun memberi tahu bahwa lokasi penitipan justru di tempat petugas security yang Bapak Arifin tanya. Sehingga ketimpangan komunikasi tersebut membuat Bapak Arifin bingung dan akhirnya segan untuk menitipkan barangnya. Akhirnya beliau membawa sendiri perlengkapannya ke dalam taman hiburan. “Soalnya kita kepercayaan nomor satu, kalo nitip barang itu kan masalah kepercayaan juga, bukan cuma barangnya aja” tambahnya. Disamping itu, fasilitas parkir dan keamanan dirasa masih kurang menurutnya. “Kasihan itu yang bawa mobil, parkirnya diluar terus kalo salah sedikit aja bisa langsung macet itu jalannya. Abis itu pas saya parkir motor udah dikasih tahu kalo helm diusahakan ditaruh di dalam jok. Dari situ kita tahu kalo disini rawan pencurian apalagi securitynya aja jarang kelihatan” pungkasnya. “Beda deh kalo dibandingin sama dulu ke The Jungle, itu bener-bener puas dari segi tempat dan keamanannya. Dulu saya pas kesana aja masih tahap pembangunan, apalagi sekarang ya pasti jauh lebih bagus” tambahnya ketika ditanya perbandingan dengan The Jungle.

        Saat ditanya tentang tujuan selanjutnya, beliau bercerita bahwa sebelumnya dia sempat berdiskusi dengan istrinya untuk mengunjungi Taman Wisata Matahari di kawasan Cisarua dibanding mengunjungi kawasan Taman Topi. Namun karena lokasinya yang lebih jauh dan rasanya tidak memungkinkan untuk kesana, beliau memutuskan untuk ke daerah yang searah ke arah jalan menuju Jakarta. Tapi, sejauh ini beliau merasa ingin kembali ke kota Bogor jika ada rezeki lebih. Menurutnya kota Bogor cukup untuk momen saja. Momen disini maksudnya adalah untuk berfoto-foto dan menghabiskan waktu bersama keluarga tercintanya.

               
        Selanjutnya, saya menanyakan seputar transportasi dari kota Bogor salah satunya adalah angkutan umum berwarna hijau yang menjadi ciri khas kota Bogor. Beliau menuturkan bahwa angkutan umum di Bogor itu terlalu ramai. Namun, bukan berarti ramai lalu pemerintah kota harus mengurangi jumlahnya. “Mereka kan supir angkot itu mau nyari nafkah buat keluarganya, saya sih wajar-wajarin aja karena kebetulan saya juga punya teman supir angkot. Lebih baik jumlah itu dibagi-bagi trayeknya, jadi di daerah-daerah yang agak jauh dari kota gak minim angkot. Tadinya orang sana nunggu angkot bisa 1 jam, setelah dibagi angkotnya jadi cuma nunggu 15 menit aja.” ujar Bapak Arifin. Secara umum, Bapak Arifin berharap agar kota Bogor dapat terus berkembang pesat dari berbagai sisi agar menjadi kota yang lebih baik dan dikunjungi oleh banyak orang.

Sekian :)

Follow Instagram & Twitter

@Ifanjr

#bogorleisureproject
#gobogor

Tunggu kisah informan lainnya hanya di

www.thediaryofsocialobserver.blogspot.com




(BOGOR LEISURE PROJECT)











Halo semuanya!!!! Welcome to my another post :)

Kembali lagi saya akan memperkenalkan diri saya,

Perkenalkan saya Sindi Ifan, mahasiswa Prasetiya Mulya School of Business & Economics jurusan Marketing semester 5 sekaligus penulis di blog thediaryofsocialobserver.blogspot.com ini :)

Seiring perjalanan waktu, kebutuhan akan liburan menjadi suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh sebagian besar orang khususnya di kota-kota besar. Kepenatan atas pekerjaan yang telah dilakukan selama hari kerja membuat mereka merasa jenuh dan memerlukan waktu untuk memanjakan dirinya ketika mereka berlibur. Sehingga tidak heran jika saat ini makin bermunculan pengusaha-pengusaha yang menyasar pada industri wisata karena potensinya yang menjanjikan. Saya sebagai mahasiswa Marketing merasa cukup penasaran untuk mengetahui perkembangan industry ini ke depannya apalagi kita ketahui bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan keindahan alamnya. Sudah jelas potensi itu dapat mengembangkan perekonomian Indonesia suatu hari nanti. Salah satu kota yang terus berkembang industri pariwisatanya adalah kota Bogor, Jawa Barat.

Dalam beberapa post kedepan baik melalui blog ini serta social media, saya akan sharing mengenai hasil interview yang saya lakukan kepada beberapa wisatawan yang sedang liburan di wilayah kota Bogor.  Seperti kita ketahui bahwa Bogor adalah salah satu destinasi yang cukup menarik untuk dikunjungi karena sejak dahulu Bogor sudah terkenal sebagai kota yang identik dengan alam dan sejarah.

Tentunya saya tidak sendiri dalam melakukan riset ini, saya bersama 6 kerabat lainnya akan terus menelurusi potensi serta perkembangan industri pariwisata kota Bogor selama 4 bulan ke depan. Selain itu kami juga dibimbing oleh Faculty Member kami yaitu Bpk Yudho Hartono dan Ibu Dini Anggraeni Sirad yang senantiasa membantu kami dalam menjalani suatu project pengembangan ini.


Our Project name is Bogor Leisure Project!
#bogorleisureproject #gobogor #leisureindustry #bogorkabogoh #prasetiyamulya


Apa sih Bogor Leisure Project itu?

#BogorLeisureProject ini merupakan project akhir mata kuliah Leisure Industry semester 5 yang bertujuan untuk mengetahui motivasi dan insight orang dalam menghabiskan leisure time atau waktu luangnya di kota Bogor, Jawa Barat khususnya warga domestik kota Bogor sendiri maupun luar Bogor.

Hope you enjoy it!

Love,
Azalika Avilla Adinda
Billy Arviandra
Cynthia Clara Montana
Harley Geraldy
Stephanie Regina
Riska Ramiprilia
Sindi Ifan

Follow Twitter & Instagram saya ya di
Sindi Ifan atau @IfanJr

Batu Mulia & Skull Ring, Mainan Baru Para Pria


Batu Akik
       Saat ini tren yang sangat berhembus deras adalah perkembangan perhiasan pria. Ada yang berasal dari batu mulia seperti akik, bacan, giok dan kawan-kawannya. Ada juga yang berasal dari baja atau titanium seperti skull atau clown ring. Keduanya merupakan perhiasan pria yang sedang booming saat ini dan sedang mencapai titik puncaknya. Bayangkan saja, akhir tahun lalu keyword yang paling banyak diketikkan oleh masyarakat Indonesia pada situs search engine adalah Batu Akik. Tren ini langsung dimanfaatkan berbagai pihak untuk segera berbisnis perhiasan pria. Untuk Gemstone dapat ke toko-toko yang berada dipinggir jalan ataupun secara online. Kemudian untuk yang Skull Ring biasa yang sangat dikenal adalah merek Four Speed.

Skull Ring

    Ada perbedaan yang cukup mencolok diantara Gemstone dan Metal Werks. Ini dapat dilihat dari segi penggunanya. Batu mulia (Gemstone) biasanya identik dengan golongan orang tua, sedangkan skull ring biasanya identik dengan anak muda. Selain itu, Gemstone lebih bermotif dan berwarna-warni yang berasal dari pancaran warna batu, sedangkan skull ring biasanya warna umumnya adalah silver. Lalu ada sisi persamaannya juga yaitu keduanya merupakan tren yang dapat membuat fenomena latah (herd behavior) sosial. Hal itu membuat perkembangan keduanya sangat cepat dan datang secara mendadak. Namun, menurut saya fenomena ini lebih bersifat tren semata yang bisa jadi akan memudar dalam kurun waktu 1 tahun lagi. Banyak pihak juga berpendapat demikian karena biasanya fenomena yang datang secara tiba-tiba akan mudah memudar. Mereka juga khawatir jika bisnis fenomenal ini akan jatuh seperti bisnis tanaman dan perikanan pada tahun-tahun sebelumnya seperti anthurium dan ikan louhan. Menarik untuk disimak apakah tren ini akan cepat pudar atau dapat berlanjut terus secara konstan. 

    Pertama saya akan membahas dari Gemstone nya terlebih dahulu.  Yang menarik adalah dimana mereka yang tadinya biasa saja menjadi suka karena ada perilaku peniruan akibat rasa penasaran yang sangat tinggi. Bagaimana tidak, tiba-tiba bermunculan toko-toko gemstone baru dipinggir jalan lalu mereka terlihat sibuk menggosok dan menggerinda batu menggunakan mesin. Aktivitas itulah yang membuat masyarakat yang tadinya tidak berminat menjadi berminat karena daya tariknya yang cukup kuat. Selain itu, mengapa bisnis ini dapat menjadi magnet baru dengan cepat, tidak lain adalah “Gambling”. Seperti kita ketahui tidak ada tolak ukur pasti harga suatu cincin tertentu. Sang penjual bisa saja membeli batu hanya seharga 500 ribu namun dijual kembali dengan harga 2 juta rupiah. Sebuah margin yang sangat dahsyat dan membuat setiap orang tergiur akan keuntungan. Sehingga tak heran jika tiba-tiba sederetan penjual akik bermunculan dengan cepat. Selanjutnya adalah tren yang juga ramai akhir-akhir ini adalah pergerakan minat masyarakat yang ingin kembali kepada alam dan kesehatan. Contoh dari kembali pada kesehatan adalah event running yang saya bahas sebelumnya Running, Tren Olahraga Masa Kini. Dan jika dikaitkan dengan alam, baru-baru ini bermunculan event running di kaki gunung (Hiking & Running), sebuah event penggabungan nilai kesehatan dan eksplorasi alam. Hal ini tidak berbeda dengan batu akik atau bacan dimana selain berkaitan dengan eksplorasi bahan alam, menurut berbagai mitos pun beberapa batu dapat memunculkan sisi kesehatan seperti melancarkan peredaran darah dan menurunkan darah tinggi. Terkadang justru mitos-mitos inilah yang membuat orang merasa bahwa varian cincin batu ini memiliki nilai plus dibanding cincin biasa.

       Pertimbangan yang biasanya dijadikan tolak ukur saat membeli cincin batu adalah warna, keindahan, kejernihan, ukuran, jenis baru dan masih banyak yang lainnya termasuk kekerasan batu, asal baru, mitos yang beredar sampai ketenaran batu. Dan ini jujur membuat saya bingung, ibaratnya seperti kita membeli sebuah kendaraan. Perlu pertimbangan dan edukasi yang banyak sebelum membeli sebuah barang. Sangat riskan apabila kita tidak punya pengetahuan apa-apa lalu membeli, hampir dipastikan kita mudah ditipu dan pada akhirnya tidak puas setelah harus membayar mahal. Untuk itu pemilihan toko juga menjadi penting agar kita mendapatkan batu cincin yang berkualitas baik namun tetap terjangkau.


Berlanjut ke post selanjutnya ya :)

Sumber Gambar : google.co.id, fourspeed.com

Not Just a Jeans


Jeans with Fading
            Jeans, jenis celana yang sangat digandrungi setiap orang dari masa ke masa. Tua, muda, kaya, miskin, semua menggunakan jeans. Berdasarkan hal tersebut, entah mengapa saya yakin bahwa setiap orang memiliki minimal 1 jenis celana ini dilemari pakaiannya, bisa itu dipakai atau tidak. Contohnya teman saya yang tidak pernah menggunakan jeans pun dilemarinya tetap ada 2 buah jeans walaupun dalam keadaan terbengkalai. Hal ini membuktikan bahwa Jeans adalah celana sejuta umat dan tidak heran jika penggila celana jeans sangatlah banyak. Mereka membentuk suatu wadah komunitas untuk berbagi pengetahuan antar sesama pengguna Jeans. Sehingga menjadi ciri khas tersendiri bahwa dari sebuah jenis celana, komunitas dapat terbentuk. Saya ambil contoh riilnya, dimana suatu waktu teman saya justru malah merasa aneh sendiri ketika dirinya tidak memakai jeans disaat semua orang memakai jeans. Dia akhirnya mencoba jeans atas saran dari orang tuanya dan keinginannya untuk mencoba. Namun memang karena dia sangat menyukai celana cargo sehingga akhirnya dia menganggap jeans sebagai celana dengan tingkat kegatalan yang tinggi. Jadi permasalahan sebenarnya hanya rasa gatal saja, namun dia tetap bisa pakai saat misalnya dalam keadaan darurat. Dari contoh ini saya ambil kesimpulan bahwa sepertinya tidak akan ada masa dimana tidak ada lagi orang yang memakai jeans.

        Not Just a Jeans yang saya maksud disini adalah Jeans itu tidak hanya sebuah celana yang orang-orang pakai sehari-hari. Menurut saya Jeans sangat valuable dan unik. Mungkin bagi sebagian orang, Jeans adalah celana berbahan denim yang dipakai untuk keperluan sehari-hari seperti bepergian, jalan-jalan dan hal lainnya. Namun lebih dari itu, Jeans adalah satu-satunya celana yang dapat membuat orang tergila-tergila dan mengandung unsur kustomisasi. Layaknya sebuah kendaraan bermotor, kita dapat melakukan variasi-variasi tertentu pada jeans kita. Salah satu variasi itu adalah sebuah pola guratan yang terbentuk akibat segala aktivitas pemakainya. Dan itu biasa disebut sebagai Fading.

        Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, Fading bisa berarti kabur. Dapat juga berarti suatu perubahan warna. Dalam konteks jeans, yang lebih tepat adalah perubahan warna pada bagian-bagian tertentu (biasanya berwarna putih atau abu) yang disebabkan oleh keluarnya pigmen warna denim (indigo) itu sendiri. Biasanya fading terjadi karena sang pemakai jeans sering memakainya namun jarang mencuci jeansnya. Saya sendiri bukan pecinta denim dan bukan pengamat denim, tapi hanya berdasar pengetahuan saya melihat teman-teman yang menyukai produk denim. Mereka mencoba untuk melakukan teknik fading yang bervariasi mulai dari sea wash, jongkok, tidak mencuci selama mungkin, menaruh dompet dan knuckles di saku belakang hingga tidur bersama jeans. Saya merasa bahwa ini jeans yang mereka pakai hanya sekedar jeans, melainkan lebih dari itu. Jeans adalah pengaplikasian identitas dan kepribadian mereka. Ketika mereka berhasil melakukan fading yang indah, maka disitulah rasa puas mereka tercapai. Kebanggaan mempunyai jeans yang telah memiliki titik fading adalah rasa yang tidak dapat dibeli oleh uang.


Sumber Gambar : google.co.id