Tren Aplikasi untuk Para Jomblo
Tren Aplikasi untuk Para Jomblo
Aplikasi Tinder |
“Jomblo? Masih jaman?” itulah
petikan kata-kata sindiran yang biasanya dilontarkan kepada pria atau wanita
yang sudah sekian lama tidak kunjung memiliki pasangan. Sedih rasanya memang
jika kita menjadi orang yang diejek tersebut. Rasanya dunia ini seperti tidak
menerima adanya kaum jadul yaitu kaum yang lama menjomblo. Dalam artian sang
jomblo ini akan segera dikucilkan jika tak cepat-cepat mendapatkan pacar. Namun
yang menarik disini adalah tren sosial jomblo ini tidak ada habis-habisnya
dibahas oleh anak muda. Berpacaran saat ini nampaknya sudah menjadi suatu
kebutuhan dan keharusan. Sehingga orang yang masih menjomblo termasuk pada golongan
orang yang belum bisa memenuhi kebutuhan. Yap wajar saja terkadang para jomblo
ini disebut sebagai fakir cinta.
Saat
ini, dunia serba dikaitkan dengan teknologi. Kemudahan yang ditawarkan oleh
perangkat teknologi seperti internet dan smartphone, membuat orang-orang lebih
mudah bersosialisasi dengan kerabatnya tanpa terbatas jarak. Contohnya sosial
media yang membuat orang dapat berkomunikasi dengan mudahnya. Filosofi ini seperti
tagline dari Nokia yaitu Connecting People dimana internet telah menjadi
penghubung ribuan orang untuk bersosialisasi. Dan terbukti juga internet memang
telah menjadi solusi ribuan orang atas berbagai masalahnya. Salah satunya
mungkin masalah percintaan yaitu Jomblo.
Lalu apa
kaitannya teknologi dengan solusi percintaan? Jawabannya adalah aplikasi
pencari jodoh. Menarik memang melihat pergerakan tren aplikasi kencan baru-baru
ini. Sebut saja Tinder dan Paktor yang sedang booming saat ini di dunia anak
muda khususnya di Indonesia. Cukup kontroversial aplikasi yang satu ini dimana
tidak hanya jomblowan atau jomblowati yang menggunakan, namun bisa jadi orang yang
sudah memiliki pasangan pun mau untuk mencobanya. Semua orang ingin mencoba dan
ingin mengetahui apa isi dari aplikasi ini dan seberapa efektif dalam menjaring
calon pasangan. Apalagi aplikasi ini dapat diunduh secara gratis di Google Play
maupun iOS dan telah dilengkapi fitur filterisasi agar kita dapat memilih calon
yang sesuai kriteria. Misalnya kita dapat memilih calon pasangan berdasarkan jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan dan tinggi badan. Penggunaanya pun mudah, hanya
swipe kiri untuk yang tidak disukai lalu swipe kanan untuk yang disukai.
Setelah itu kemudian berlanjut melalui saling mengirimkan pesan lalu tujuan
akhirnya adalah pertemuan antar keduanya. Mudah dan simple namun terkadang
memang membutuhkan effort jika kita memang tidak memiliki bakat fotogenic. Hal
ini dikarenakan pemilihan hanya atas dasar pertimbangan foto yang menarik.
Melihat fenomena
ini, terdapat hal-hal yang menurut saya menarik. Contohnya adalah aplikasi
semacam ini membuat pasangan muda mudi akhir-akhir ini pun nampaknya agak ketar-ketir,
Mereka mulai resah dan khawatir akan adanya aplikasi ini. “Bagaimana jika dia
punya Tinder terus bisa janjian dengan cewek lain lalu selingkuh? Ah takut”. Tentunya,
hal ini dapat memicu munculnya peningkatan tren pergolakan rumah tangga
sekaligus dapat membuat para jomblo akhirnya menemukan pasangannya. Awalnya
mungkin hanya iseng-iseng semata untuk melihat foto para wanita atau pria
seperti halnya mereka biasa lakukan saat stalking seseorang melalui social
medianya. Tetapi, keisengan itu dapat menjadi sesuatu yang tidak diduga-duga
seperti akhirnya justru dia mendapatkan seseorang yang lebih daripada
pasangannya sekarang. Ini sebenarnya bukan tujuan dari pencipta aplikasi
pencari jodoh ini namun itu adalah konsekuensi lain dari adanya aplikasi
semacam ini. Intinya, semua kembali lagi pada tujuannya, jika aplikasi ini
dimanfaatkan dengan baik tentunya dapat berdampak positif untuk para pria atau
wanita yang belum memiliki pasangan. Semoga semua terbantu dan bahagia dengan
adanya macam-macam aplikasi pencari jodoh ini.
Sumber Gambar : google.co.id
0 komentar