Waktu Luang? Ya Keluarga!
Potret Waktu Luang Bapak Arifin
30 September 2015
Nama : Arifin
Usia : 26 tahun
Domisili : Pondok Gede, Jakarta
Timur
Pekerjaan : Pegawai Restoran (Bag.Dapur)
Waktu Luang? Ya Keluarga!
Bapak Arifin merupakan
seorang pegawai sebuah restoran di kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur. Saya
mewawancarai beliau saat sedang menggendong anaknya untuk melihat-lihat
permainan di Taman Ade Irma Suryani, Taman Topi. Saat diminta untuk wawancara,
beliau sangat welcome dan cukup antusias dalam menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan walaupun beliau terkadang masih sambil mengawasi anaknya. Jawaban dari
beliau cukup menarik untuk disimak karena beliau bersedia untuk membagi
pengalamannya selama berlibur di kota Bogor dan mau untuk berkomentar lebih
jauh tentang fasilitas-fasilitas di kota Bogor yang dirasa masih kurang baik.
Sebelum saya
temui di kawasan Taman Topi, Bapak Arifin sebelumnya sudah pernah ke kota
Bogor, tepatnya ke waterpark yang cukup terkenal di kota Bogor yaitu The Jungle.
Saat itu beliau mengunjungi The Jungle untuk mengikuti acara liburan yang
diadakan oleh perusahaan untuk segenap karyawan resto lainnya. Menurutnya, kota
Bogor yang sudah ia datangi kedua kalinya ini memiliki udara serta cuaca yang
nyaman dibandingkan kota-kota lainnya seperti Jakarta ataupun Bekasi. Dari segi
pariwisata, hal yang menurutnya masih perlu dikembangkan adalah signage atau
penunjuk arah ke kawasan wisata. Berdasarkan pengalamannya, penunjuk arah di
kota Bogor masih belum jelas dan cukup membingungkan. Hal tersebut juga terjadi
ketika beliau ingin mengunjungi Taman Ade Irma Suryani yang berada di kawasan
Taman Topi. Saat menuju kesana dari arah Baranangsiang, menurutnya penunjuk
arah jalan tidak ada yang mengarahkan dirinya ke arah Taman Topi. Beliau hanya
menemukan arah ke Pasar Anyar Kebon Kembang yang memang tidak begitu jauh dari
kawasan Taman Topi. Alhasil, beliau terpaksa menggunakan GPS padahal seperti
kita ketahui GPS membutuhkan jaringan internet yang baik. Belum lagi, beliau
menggunakan sepeda motor bersama istri serta satu orang anaknya. Cukup sulit
rasanya untuk mengoperasikan gadget sambil membawa sepeda motor.
Secara ringkas,
beliau mengatakan bahwa wisata-wisata di kota Bogor kurang lebih sama seperti
tempat wisata di kota lain. Beliau sejauh ini sudah melihat kawasan wisata di
daerah Bandung, Solo dan Semarang serta beberapa kota lainnya di pulau Jawa.
Tapi menurutnya yang paling baik adalah Bandung karena dari segi udara cukup
dingin. “Bandung itu kelasnya pegunungan jadi lebih terasa dingin. Mungkin kalo
yang di daerah Puncak dingin ya tapi kalo ini kan di daerah kota nya ya. Jadi
misalnya dibandingkan dengan Bandung itu ya tetep aja ada yang kurang gitu.
Kalo Bandung itu perkembangannya pesat.” ujarnya.
Dalam berlibur,
beliau sebenarnya lebih menyukai wisata yang sifatnya pada kegiatan di alam
terbuka. Namun, ketika beliau kini memiliki buah hati yang tergolong masih
kecil sehingga keinginan anak lebih diutamakan. “Kalo anak kan sukanya taman
hiburan kayak gini, kalo dibawa ke wisata alam khawatir juga ya terus mungkin
kalo wisata lain juga yang untuk anak sedikit. Beda jadinya kalo disini kan
mayoritas memang diperuntukkan untuk anak-anak” ujarnya. Selain itu, menurut
Bapak Arifin tujuan lain beliau ke Taman Ade Irma Suryani adalah untuk
menyenangkan pikiran dan menghilangkan kepenatan atas pekerjaannya sehari-hari
yang justru cukup sibuk di hari libur. “Saya liburan justru hari biasa soalnya
tau sendiri mas kalo restoran itu hari libur justru malah kita gak boleh libur”
tambahnya.
Berbicara
mengenai harapan untuk kota Bogor, Bapak Arifin merasa wisata-wisata di wilayah
kota Bogor ini perlu untuk dikembangkan lebih jauh. Aspek-aspek yang perlu
dikembangkan adalah kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Dalam sesi wawancara,
beliau sempat bercerita seputar fasilitas serta pelayanan dari taman hiburan
tersebut. Beliau bercerita bahwa sebelum masuk ke Taman Ade Irma Suryani,
dirinya cukup kesulitan ketika ingin menitipkan barang perlengkapan keluarganya
khususnya perlengkapan anaknya. Awalnya, beliau menanyakan kepada petugas security
dimana lokasi untuk penitipan barang. Setelah diinformasikan, nyatanya petugas
disana pun memberi tahu bahwa lokasi penitipan justru di tempat petugas
security yang Bapak Arifin tanya. Sehingga ketimpangan komunikasi tersebut
membuat Bapak Arifin bingung dan akhirnya segan untuk menitipkan barangnya.
Akhirnya beliau membawa sendiri perlengkapannya ke dalam taman hiburan. “Soalnya
kita kepercayaan nomor satu, kalo nitip barang itu kan masalah kepercayaan juga,
bukan cuma barangnya aja” tambahnya. Disamping itu, fasilitas parkir dan
keamanan dirasa masih kurang menurutnya. “Kasihan itu yang bawa mobil,
parkirnya diluar terus kalo salah sedikit aja bisa langsung macet itu jalannya.
Abis itu pas saya parkir motor udah dikasih tahu kalo helm diusahakan ditaruh
di dalam jok. Dari situ kita tahu kalo disini rawan pencurian apalagi
securitynya aja jarang kelihatan” pungkasnya. “Beda deh kalo dibandingin sama
dulu ke The Jungle, itu bener-bener puas dari segi tempat dan keamanannya. Dulu
saya pas kesana aja masih tahap pembangunan, apalagi sekarang ya pasti jauh
lebih bagus” tambahnya ketika ditanya perbandingan dengan The Jungle.
Saat ditanya tentang tujuan
selanjutnya, beliau bercerita bahwa sebelumnya dia sempat berdiskusi dengan
istrinya untuk mengunjungi Taman Wisata Matahari di kawasan Cisarua dibanding
mengunjungi kawasan Taman Topi. Namun karena lokasinya yang lebih jauh dan
rasanya tidak memungkinkan untuk kesana, beliau memutuskan untuk ke daerah yang
searah ke arah jalan menuju Jakarta. Tapi, sejauh ini beliau merasa ingin
kembali ke kota Bogor jika ada rezeki lebih. Menurutnya kota Bogor cukup untuk
momen saja. Momen disini maksudnya adalah untuk berfoto-foto dan menghabiskan
waktu bersama keluarga tercintanya.
Selanjutnya,
saya menanyakan seputar transportasi dari kota Bogor salah satunya adalah
angkutan umum berwarna hijau yang menjadi ciri khas kota Bogor. Beliau
menuturkan bahwa angkutan umum di Bogor itu terlalu ramai. Namun, bukan berarti
ramai lalu pemerintah kota harus mengurangi jumlahnya. “Mereka kan supir angkot
itu mau nyari nafkah buat keluarganya, saya sih wajar-wajarin aja karena
kebetulan saya juga punya teman supir angkot. Lebih baik jumlah itu dibagi-bagi
trayeknya, jadi di daerah-daerah yang agak jauh dari kota gak minim angkot.
Tadinya orang sana nunggu angkot bisa 1 jam, setelah dibagi angkotnya jadi cuma
nunggu 15 menit aja.” ujar Bapak Arifin. Secara umum, Bapak Arifin berharap
agar kota Bogor dapat terus berkembang pesat dari berbagai sisi agar menjadi
kota yang lebih baik dan dikunjungi oleh banyak orang.
Sekian :)
Follow Instagram & Twitter
@Ifanjr
#bogorleisureproject
#gobogor
Tunggu kisah informan lainnya hanya di
www.thediaryofsocialobserver.blogspot.com
0 komentar